" Saya lalu terinngat pada beberapa undangan walimah di atas meja yang mencantumkan ayat Allah, Surah Ar-Rum, ayat 21:
- dan di antara tanda-tanda kekuasaanNYA ialah DIA menciptakan untuk kalian dari anfus (jiwa-jiwa) kalian sendiri, azwaaj (pasangan hidup), supaya kalian ber-sakinah kepadanya, dan dijadikan-NYA di antara kalian mawaddah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir-
Saya pikir, inilah yang kita punya. Inilah manhaj yang seharusnya kita jadikan plot dalam merayakan cinta. Sedihnya, kebanyakan mereka yang mencantumkannya dengan tinta emas di atas undangan mewah tak menghayati maknanya. Ringkasnya, ada beberapa kata kunci yang saya tangkap dari ayat ini:
1-min anfusikum: dari jiwa-jiwa kalian.
Komen pemilik blog: Sungguh, roh itu, sifat fitrahnya, cintakan Allah, cintakan agama, jadi untuk mencari titik persamaan yang pertama, adalah AGAMA, seperti saranan Rasululllah dalam memilih pasangan. Jika titik persamaan yang paling utuh ini dapat ditemukan, tentulah 2 jiwa bisa saja bersatu dengan serasi. Dan tentulah, kesamaan visi dalam memperjuangkan agama Allah adalah cantuman yang paling kuat untuk menyatukan 2 jiwa.
2-Min anfusikum. Azwaajan. Pasangan hidup.
Komen saya: ya, konsepnya, kita perlu ‘menjadi’ bukan sekadar mencari. Jadilah yang terbaik, Insya Allah, yang terbaik juga akan datang dariNYA. YA Allah, kami memohon cintaMU, cinta mereka yang mencintaiMU, cinta mereka yang dicintaiMU, cinta mereka yang membawa kami menghampiri cintaMU
3-Litaskunu ilaihaa. Supaya kalian tenteram, tenang.
Komen pemilik blog: kata orang, di belakang kejayaan lelaki, ada wanita di belakangnya, begitu sebaliknya, di belakang kejayaan seorang wanita, ada lelaki di belakangnya. Kejayaan itu kejayaan apa? Manusia selalu melihat kejayaan dari aspek duniawi, kemashuran, kegemilangan. Dan sering kita terlupa kejayaan ‘di sana’ (Hayya ‘Ala Al-Falah).. Bukan kah di sebalik kejayaan di sana juga, separuhnya juga disempurnakan oleh pasangan, kerana pernikahan itu separuh dari agama. Dan firmanNYA
‘lelaki-lelaki yang beriman,dan perempuan-perempuan yang beriman itu, pembantu antara satu sama lain"
4-waja’ala bainakuma mawaddatan.
5-wa(ja’ala bainakum) rahmatan.
komen pemilik blog: inilah konsep cinta tanpa syarat. Maka persoalannya, bolehkan kita terlalu obsesi pada cinta? (memberi,berkorban,berinisiatif,bersedia) Lalu ingin saya ingatkan di sini, cinta yang dibicarakan di sini adalah cinta selepas perkahwinan, dan kerana perkahwinn itu adalah ibadah, maka obsesi terhadap cinta, dengan berkorban,memberi, berinisiatif dan bersedia itu justerunya juga adalah ibadah (selagi meletakkan darjah cinta Allah dan RasulNYA di tangga teratas).
Nah, sekilas itulah alur peryaan cinta yang dituntunkan Al-Quran. Jika kita mendesain perayaan cinta dengan plot ini, tanpa bermaksud lancang pada Allah, saya berani menjamin bahwa dalam pernikahan kita bisa menemukan bahagianya merayakan cinta.
Nah, kok banyak pernikahan yang error? Biasanya karena plotnya kacau. Pernikahan tidak dimulai dengan kesejiwaan (tambahan saya-atau memilih kesejiwaan yang salah?), tapi justru dimulai dengan mawaddah. Sebelum menikah mereka sudah menikmati cinta yang erotis-romantis.
Perhatian, kado, bunga,coklat,kedekatan,khalwat,bersendirian,bersentuhan,pacaran. Itu semua mawaddah. Bahkan sms berisi nasihat ‘bertakwalah pada Allah, missedcall tahajjud, hadiah buku dan kaset nasyid berjudul jagalah hati, dan seterusnya, itu juga mawaddah. Bentuknya saja yang berbeda. Yang satu bunga dan coklat, yang lain buku dan kaset dakwah. Namun sensasi yang dirasakan oleh pemberi dan penerima sebenarnya sama: mawaddah.
Demi Allah, rasanya sama! Hayo ngaku! Nah, hati-hati dengan mawaddah. Biasanya meski engkau wahai aktivis dakwah memulai cintamu dengan kesejiwaan, jangan pernah coba-coba mencicipi mawaddah sebelum dihalalkan. Sebab, ia akan mengkaburkan kesejiwaan itu dan membuat segalanya berantakan.
Komen pemilik blog: teringat pesanan Ustaz Hasrizal (saifulislam.com) jangan berani-berani menghampiri seseorang jika anda belum bersedia meng’upgrade’ dirinya sebagai pasangan yang halal. Pun teringat satu ‘formula’ tentang cinta:
(Cinta = pengorbanan+tanggungjawab = perkahwinan)
Fitrahnya cinta itu menuntut pengorbanan dan tanggungjawab, justeru hanya ada cinta sejati dalam perkahwinan kerana ikatan yang bersaksikan nama Allah itu menjadikan tiap pengorbanan dan tiap tanggungjawab sebagai ibadah yang mebuka jalan Al-Falah di sana dan menyempurnakan separuh agama. Wallahua a’lam.
Sekian, saya memberi pandangan tentang cinta
Buat koreksi (muhasabah) diri sendiri
Buat koreksi semua
Untuk sebuah cinta
Yang ingin dimiliki
Bila masanya tiba nanti
Bila? (wallahu a’lam)
"(Luqman berkata) ‘Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi,dan berada dalam batu atau di langit atau dalam bumi, nescaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya) Sesungguhnya Allah Maha halus (meliputi sestiap sesuatu) lagi Maha Mengetahui" LUQMAN:16
Yakinlah..
Ya’ti bihallah.. Ya’ti bihallah.. Ya’ti bihallah
Wa
Innallaha Baaligu amrihi..
--
Nota kaki: edisi buku ini dalam bahasa Indonesia, maka saya tidak ingin menterjemahkannya, agar tidak terpesong dari maksud asalnya.